Archive for Mei 2014
Tinjauan Pustaka Alat Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan
By : Unknown
1.
Hutan
Pengertian
Hutan dan Degradasi hutan
Berdasarkan Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan
mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi
hutan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputinya yaitu:
a. Suatu kesatuan ekosistem;
b. Berupa hamparan lahan;
c. Berisi sumber daya alam hayati
beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya; dan
d. Mampu memberi manfaat secara lestari.
Pengertian degradasi hutan memiliki
arti yang berbeda dan bervariasi tergantung pada suatu kelompok masyarakat.
Sebagian mengatakan bahwa hutan yang terdegradasi adalah hutan yang telah
mengalami kerusakan sampai pada suatu point/titik dimana penebangan kayu maupun
non kayu pada periode yang akan datang menjadi tertunda atau terhambat
semuanya. Sedangkan sebagian lainnya mendefinisikan hutan yang terdegradasi
sebagai suatu keadaan dimana fungsi ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak
terpenuhi.
Fungsi Hutan
1. Mengatur tata air, mencegah dan
membatasi banjir, erosi serta memelihara kesuburan tanah.
2. Menyediakan hasil hutan untuk
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk keperluan pembangunan
industri dan ekspor sehingga menunjang pembangunan ekonomi nasional pada
umumnya.
3. Melindungi suasana iklim ataupun
pengatur suhu lingkungan.
4. Memberikan keindahan alam pada
umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman
perburuan, dan taman wisata serta berbagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan,
pendidikan dan pariwisata.
5. Hutan berfungsi sebagai penyaring
udara. Hutan dapat menyerap CO2 di lingkungan yang sedang tercemar oleh asap
kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun gas buangan lainnya.
6. Hutan merupakan pelindung terhadap
angin. Lebatnya vegetasi di suatu hutan mengurangi dan mencegah kencangnya
tiupan angin yang terlalu kuat bagi tanaman budidaya ataupun bagi daerah
pemukiman.
7. Hutan merupakan penyangga hama dan
penyakit. Jika pada suatu waktu timbul ledakan suatu penyakit atau hama, maka
akibatnya bisa diperkecil karena penampungan oleh hutan. (Suparmoko : 1997 ;
235)
2.
Wireless Sensor Network (WSN)
Wireless Sensor Network (WSN) merupakan suatu kesatuan dari proses
pengukuran, komputasi, dan komunikasi yang memberikan kemampuan administratif
kepada sebuah perangkat, observasi, dan melakukan penanganan terhadap setiap
kejadian dan fenomena yang terjadi di lingkungan yang mengunakan teknologi
wireless [1]. Sistem ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan
kabel. Sistem ini memiliki fungsi untuk berbagai jenis aplikasi, dalam arti
lain, WSN menyediakan pondasi teknologi untuk melakukan eksperimen pada lingkungan.
Misalnya Ahli biologi ingin memonitoring perilaku hewan yang berada di habitatnya,
peneliti lingkungan membutuhkan sistem yang mampu memonitoring polusi
lingkungan, petani dapat meningkatkan hasil panen dengan meneliti tingkat
kesuburan tanah, ahli geologi sistem untuk memonitoring aktivitas di militer pun
membutuhkan suatu sistem yang mampu memonitoring area yang sulit dicapai. Keseluruhan
aktifitas manusia tersebut memerlukan sistem monitoring WSN. Komponen sensor,
modul wireless, dan PC. S akan membentuk suatu sistem monitoring yang mampu
menampilkan data yang berupa karakteristiksensor yang digunakan dengan
memanfaatkan media wireless. Karena dapat digunakan untuk berbagi aplikasi,
penggunaan jenis sensor dipilih berdasarka aplikasinya.
Pada beberapa literatur terkait dengan implementasi WSN yang menggunakan banyak
dikembangkan pada robot [2][3]. Pada 1989 [4], mengemukakan betapa pentingnya
pengembangan multisensor untuk meningkatkan kemampuan sistem intelligent.
Aplikasi multisensor sistem biomedik, monitoring peralatan, dan sistem transportasi
dipaparkan [5] pada tahun 2002. David L. Hall dan James Llinas menjelaskan pengenalan
teoritis multisensor data fusion [6]. Mereka menyediakan tutorial pada data
fusion, aplikasi data fusion, process model teknik aplikasi, yang bertujuan
untuk menunjukkan bagaimana fussion sensor mengukur untuk mendapatkan hasil.
Mereka juga menunjukkan flow chart untuk menjelaskan cara yang berbeda untuk menghubungkan
multiple sensor dalam satu perangkat. Pada [7] digunakan memonitoring pengelasan
pada industri otomotif, dengan multisensor, dimungkinkan untuk mengukur arus,
tegangan dan kekuatan pengelasan. Penggunaan multisensor juga dapat dilihat
pada [8], yang merancang light-addressable potentiometric sensor (LAPS) sebagai
realisasi perangkat portable multisensor. Sumber cahaya dan elektronik termasuk
didalamnya oscillator, multiplexer high-pass filter.
Arsitektur WSN tradisional umumnya mengadaptasi flat structure (yaitu single-layer
planar structure). Juga disebut jenis flat WSN [1]. Sejumlah besar node sensor
dengan struktur hardware yang sama, dan penginderaan yang minim, pengolahan,
dan kemampuan berkomunikasi dikembangkan di daerah pemantauan, dan mengirimkan
dan meneruskan informasi yang dikumpulkan oleh node sensor lain ke sink node
menggunakan bentuk multi-hop dengan bantuan node lain dalam WSN. Dan kemudian
WSN yang terhubung dengan jaringan yang lain dengan sink node, yang pada akhirnya pengguna dapat
mengakses dari jarak jauh, query dan mengelola WSN [2]. Sebagian besar
penelitian WSN bertujuan untuk flat WSN, seperti satu-hop jaringan sensor
nirkabel [3], multi tradisional-hop jaringan sensor nirkabel, dan sebagainya.
Keseluruhan komponen
pendukung WSN ini akan saling bekerja untuk menyajikan data perubahan
karakterisitik sensor yang sewaktu-waktu dapat mengantisipasi adanya indikasi
kebakaran hutan. Sensor point dapat juga dikatakan sebagai
pemroses data analog dari perubahan sensor. Data analog sensor
akan diubah menjadi digital untuk kemudian dikirim ke access point melalui
media Wireless. Access point bertugas untuk melakukan pengontrolan
sensor dan menampilkan data sensor dari Access point node. Salah satu
karakteristik khusus yang dimiliki suatu jaringan sensor adalah jumlahnya yang
selalu dalam jumlah besar dan kepadatan yang cukup tinggi. Pada suatu kasus
monitoring lingkungan, sensor yang digunakan jumlahnya dapat mencapai ratusan
sensor yang tersebar secara acak dengan kepadatan tinggi akan tetapi tetap
memperhatikan konektifitas, efisiensi, dan akurasi [4].
Aplikasi WSN sebagai habitat monitoring [5],
dirancang untuk memenuhi permintaan ahli biologi untuk memonitoring habitat dan
mengamati lingkungan sarang burung laut serta perilakunya. Pada
arsitektur yang telah dirancang, jaringan WSN disebar pada 32 titik (node)
pada sebuah pulau kecil di Coast of Maine untuk menghasilkan data
streaming pada Web. Pada gambar 2.4 dapat dilihat arsitektur WSN
sebagai pemonitoring habitat dan pada Gambar 2.2 merupakan gambaran fisik sensor
node pada pemonitoring habitat. Pada bidang militer, WSN dapat
diterapkan dengan memanfaatkan kemampuan mendeteksi benda bergerak melalui
gerakan yang terjadi [4]. Pemanfaatan Wireless Sensor Network pada
bidang militer yang dapat dilakukan seperti berikut.
1. Monitoring dan
Manajemen Aset Pimpinan dapat memonitor status dan lokasi tentara, senjata,
dan suplai untuk meningkatkan komando, komunikasi dan perhitungan.
2. Pengintaian Medan
Perang Getaran dan sensor magnetik dapat melaporkan pergerakan kendaraan
dan personel, menyebabkan pengintaian dan pengamatan yang lebih dekat terhadap
kekuatan musuh.
3. Perlindungan
Objek yang sensitif seperti reaktor atom, jembatan, tembok pertahanan, pipa
minyak dan gas, menara komunikasi, markas militer dapat dilindungi oleh sensor
dari penyusup atau sebagai sinyal peringatan awal.
3.
Sensor
Sensor
adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisis menjadi
besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.
Sensor yang digunakan dalam sistem control ini yaitu sensor SHT 11 yang mampu
mendeteksi nilai suhu dan kelembaban tertentu.
a.
SHT 11
SHT 11 adalah sebuah single chip sensor suhu dan
kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outputnya telah
dikalibrasikan secara digital. Dibagian dalamnya terdapat kapasitif polimer
sebagai elemen untuk sensor kelembaban relative dan sebuah pita regangan yang
digunakan sebagai sensor temperatur. Output kedua sensor digabungkan dan
dihubungkan pada ADC 14 bit dan sebuah interface serial pada satu chip yang
sama. Sensor ini menghasilkan sinyal keluaran yang baik dengan waktu respon
yang cepat. SHT 11 dikalibrasi pada ruangan dengan kelembaban yang teliti
menggunakan hygrometer sebagai referensinya. Koefisien kalibrasinya telah di
programkan kedalam OTP memory. Koefisien tersebut akan digunakan untuk
mengkalibrasi keluaran dari sensor selama proses pengukuran. 2-wire alat
penghubung serial dan regulasi tegangan internal membuat lebih mudah dalam
pengintegrasian sistem. Ukurannya yang kecil dan konsumsi daya yang rendah
membuat sensor ini adalah pilihan yang tepat, bahkan untuk aplikasi yang paling
menuntut. Didalam piranti SHT 11 terdapat suatu surface-mountable LLC (Leadless
Chip Carrier) yang berfungsi sebagai suatu pluggable 4- pin single-in-line
untuk jalur data dan clock.
Sistem sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dan
kelembaban adalah SHT 11 dengan sumber tegangan 5 volt dan komunikasi
idirectional 2-wire. Sistem sensor ini mempunyai 1 jalur data yang digunakan
untuk perintah pengalamatan dan pembacaan data. Pengambilan data untuk
masing-masing pengukuran dilakukan dengan memberikan perintah pengalamatan oleh
mikrokontroler. Port B pin 0 (PinB.0) mikrokontroler memberikan perintah
pengalamatan pada pin Data SHT 11 ”00000101” untuk pengukuran kelembaban
relatif dan ”00000011” untuk pengukuran temperatur. SHT 11 memberikan eluaran
data kelembaban dan temperatur pada pin Data secara bergantian sesuai dengan
clock yang diberikan oleh mikrokontroler pada port B pin 1 (PinB.1) agar sensor
dapat bekerja. Sensor SHT 11 memiliki ADC (Analog to Digital Converter) di
dalamnya sehingga keluaran data SHT 11 sudah terkonversi dalam bentuk data
digital dan tidak memerlukan ADC eksternal dalam pengolahan data pada
mikrokontroler. SHT 11 membutuhkan supply tegangan 2.4 dan 5.5 V. SCK (Serial
Clock Input) digunakan untuk mensinkronkan komunikasi antara mikrokontroller
dengan SHT 11. DATA (Serial Data) digunakan untuk transfer data dari dan ke SHT
11.
b. Sensor
Suhu
IC LM35 adalah suatu piranti yang dapat memberikan
tegangan keluaran (output) yang berubah-ubah secara linier seiring dengan perubahan
suhu (temperatur) yang juga terjadi secara linier. Seperti sensor pada umumnya,
sensor suhu LM35 bekerja berdasarkan perubahan suhu yang dialami oleh material sensor
yang muncul dalam bentuk keluaran berupa tegangan listrik. LM35 memiliki
kelebihan-kelebihan sebagai berikut:dikalibrasi langsung dalam celcius; memiliki
faktor skala linear +10.0 mV/¢XC; memiliki ketepatan 0,5 ¢XC pada suhu +25 ¢XC seperti
terlihat pada gambar 2.1; jangkauan maksimal suhu antara -55 ¢XC sampai +150
¢XC; cocok untuk aplikasi jarak jauh; harga yang cukup murah; bekerja pada
tegangan 4 sampai 30 Volt; memiliki arus drainkurang dari 60 ƒÝ A; pemanasan sendiri
yang lambat (low self ¡V heating), 0,08 ¢XC di udara diam; ketidaklinearan hanya
sekitar ¡Ó1-4 ¢XC; dan memiliki impedansi keluaran yang kecil, 0,1 W untuk
beban 1 mA.
c. Sensor
Asap
Pada dasarnya prinsip kerja dari sensor asap adalah
mendeteksi keberadaan asap hasil pembakaran seperti asap CO2 dan lain
sebagainya.Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan asaphasil pembakaran
tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan
mendeteksi bahwa terdapat asap di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan
asap tersebut maka resistansi elektrik sensor akan turun sehingga dapat
diketahui kebaradaanasap di udara [1]. Sensor asap dan sensor suhu merupakan
sensor yang dapat mengindra cirri-ciri utama suatu kebakaran dimana pada
kebakaran menimbulkan asap yang tebal dan suhu yang meningkat panas. Untuk
kontrol saya menggunakan mikrokontroler karena mikrokontroler merupakan
terobosan teknologi mikroprosesor dan micro computer. Sebagai teknologi yang
telah banyak digunakan, yaitu semikonduktor dengan kandungan transisitor yang
lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta harga yang
terjangkau dan mudah untuk memperoleh nya. Apalagi mikrokontroler AT89S51 yang
saya pakai ini mudah pengisian programnya menggunakan bahasa assembler yang
telah saya dapatkan pelajaran bahasa assembler pada perkuliahan yang lalu.
Adapun output yang dikontrol oleh mikrokontroler yaitu alarm (buzzer) sebagai
peringatan utama kepada setiap orang kalau ada bahaya kebakaran , alat pompa
air yang berfungsi pengamanan utama untuk memadamkan api, dan media selular
sebagai pengaman pemberitahuan jarak jauh.
d. Sensor Kelembaban
Sensor
kelembaban tanah merupakan sensor yang mampu mendeteksi intensitas air di dalam
tanah (moisture). Sensor ini berupa dua buah paku konduktor berbahan logam yang
sangat sensitif terhadap muatan listrik [7]. Kedua paku ini merupakan media
yang akan menghantarkan tegangan analog yang nilainya relatif kecil. Tegangan
ini nantinya akan diubah menjadi tegangan digital untuk diproses ke dalam
mikrokontroler.
e.
Eksternal
controller
Eksternal
controller adalah bagian terluar dari sistem TDA yang langsung berinteraksi
dengan hutan. Eksternal controller berfungsi sebagai pengambil data dari
lingkungan tempat eksternal controller itu di tanam. [1] Desain dari eksternal
controller seperti pada gambar 6. eksternal controller terdiri dari beberapa
macam sensor yaitu sensor getar, sensor api, sensor temperatur, sensor
kelembaban, sensor passive infrared, dan sistem komunikasi zigbee. Setiap
sensor memiliki fungsi kerja yang berbeda yang nantinya akan mengirimkan data
kepada server eBox-4300 yang akan memproses data lebih lanjut untuk memberikan
informasi kepada user tentang kondisi disekitar eksternal controller serta
menunjukkan lokasi letak terjadinya kebakaran hutan atau penebangan liar bila
eksternal controller mengakap adanya indikasi kebakaran hutan dan penebangan
liar.
Daftar Pustaka
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17365/4/Chapter%20II.pdf [diakses
pada 18 Mei 2014]
2. Hariyawan M. Yanuar, Arif Gunawan. Tanpa
tahun. Sistem Pendeteksi Dini Kebakaran
Hutan Berbasis Wireless Sensor Network. Politeknik Caltex Riau : Riau
3. Setyawan
Andik dkk.Tanpa tahun.Desain alat sistem
kontrol suhu dan kelembaban untuk optimasi proses pembuatan tempe pada skala
industri rumah tangga.Politeknik Elektronika Negeri Surabaya : Surabaya
4. Boni Pahlanop Lapanporo. 2011. Prototipe Sistem TelemetriBerbasis Sensor
Suhu dan Sensor Asap untuk Pemantau Kebakaran Lahan. Universitas
Tanjungpura : Pontianak
5.
Harly Yoga
Pamungkas dkk. Tanpa tahun. Alat
Monitoring Kelembaban Tanah dalam Pot Berbasis Mikrokontroler ATmega 168 dengan
Tampilan Output pada Situs
Jejaring Sosial Twitter untuk
Pembudidaya dan Penjual Tanaman Hias Anthurium. Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya : Surabaya
6.
Fansuri. Tanpa
tahun. Rancang bangun
sistem pengaman kebakaran otomatis berbasis mikrokontroler AT89S51.
Universitas Gunadharma : Depok
7. Yanuar,
H Muhammad. Tanpa tahun. Prototype
Wireless Sensor Network (WSN) sebagai Sistem Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan.
Politeknik Caltex Riau : RIau